Wisata Alam Tegalalang Rice Terrace di Ubud
Sawah berundak dengan pemandangan hijau ini menjadi spot favorit wisatawan untuk berfoto dan menikmati suasana pedesaan Bali.
9/27/20252 min read
Kamu pernah berdiri di tepian sebuah lembah, menghirup udara pagi yang dingin, lalu menatap hamparan hijau berundak yang terlihat seperti tangga raksasa yang menaungi bumi? Itu adalah Tegalalang Rice Terrace—salah satu wajah paling fotogenik Ubud, tempat di mana tradisi bercocok tanam bertemu dengan gairah fotografi dan turisme dunia. Tapi yang membuat tempat ini benar-benar menarik bukan hanya fotonya: Tegalalang adalah contoh hidup bagaimana manusia dan alam dapat saling menopang lewat sistem subak yang diwariskan turun-temurun.
Dari sawah sederhana jadi lanskap ikonik
Tegalalang bukan sekadar “lahan foto” — ia lahir dari praktik agraris yang damai: subak, sistem irigasi tradisional Bali yang mengatur aliran air untuk sawah-sawah berteras. Subak menggabungkan teknologi sederhana dengan aturan komunitas dan nilai religius; UNESCO bahkan mengakui “Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System” sebagai warisan budaya dunia karena sistem ini merefleksikan filosofi Tri Hita Karana (keseimbangan antara manusia, Tuhan, dan alam). Jadi ketika kamu melihat pola curvy pada teras-teras Tegalalang, yang tampak hanya estetis sebenarnya adalah hasil tata kelola air yang rumit dan kolaboratif.
Sejak dulu, masyarakat setempat menata lereng bukit menjadi petak-petak bertingkat agar air bisa dialirkan dan padi tumbuh subur. Bentuk teras puncak-puncak itu kemudian menjadi daya tarik pariwisata: fotografer, influencer, dan wisatawan datang untuk menikmati pemandangan hijau yang kontras dengan langit biru. Namun, peningkatan kunjungan juga membawa tantangan—dari kemunculan banyak “spot foto berbayar” sampai tekanan pada ekosistem lokal—jadi penting mengunjungi dengan sikap hormat.
Kapan waktu terbaik untuk melihat Tegalalang?
Jika mau mendapatkan pengalaman terbaik, datanglah pagi hari—sebelum jam 8—atau sore menjelang matahari terbenam. Cahaya pagi memberi rona lembut dan seringkali kabut tipis menambah suasana magis, sementara golden hour sore menciptakan bayangan panjang yang dramatis. Datang pagi juga membantu menghindari rombongan bus wisata yang biasanya tiba setelah jam 9–10 pagi. Banyak panduan perjalanan merekomendasikan antara pukul 06.00–08.00 sebagai waktu ideal untuk menikmati suasana tenang dan foto tanpa terlalu banyak orang.
Musim juga memengaruhi warna pemandangan: musim hujan dan setelah musim hujan (sekitar Maret–April atau bulan-bulan sebelum dan sesudah panen) membuat sawah tampak paling hijau dan subur. Di musim kemarau warna bisa mulai berubah menjadi kuning menjelang panen. Jika tujuanmu adalah lanskap hijau intens, cek kalender panen lokal atau panduan wisata sebelum berangkat.
Hal yang bisa kamu lakukan di sana
Tegalalang menawarkan lebih dari sekadar berfoto di ayunan Instagramable. Berikut beberapa aktivitas yang benar-benar membuat kunjunganmu berkesan:
· Trekking ringan di antara teras-teras. Jalan setapak menghubungkan beberapa tingkat sawah; berjalan perlahan memberi sudut pandang berbeda dan kesempatan melihat petani bekerja. Jika ingin suasana tenang, jelajahi sisi lembah yang lebih dalam.
· Coba swing (ayunan) atau sky bike di salah satu pengelola agrowisata (Alas Harum, Bali Pulina, dll.) untuk sensasi dan foto dari ketinggian — tapi perhatikan harga dan keselamatan. Paket swing biasanya dipatok antara USD 13–30 tergantung fasilitas.
· Nikmati kopi dan kuliner setempat. Kafe-kafe kecil menawarkan kopi Bali dan makanan ringan sambil memandangi lembah. Beberapa tempat juga mengadakan tur kopi dan penjelasan agroforestry.
· Belajar soal subak. Ada peluang untuk memahami bagaimana subak bekerja, sehingga kunjunganmu berubah dari sekadar foto menjadi pengalaman edukatif tentang kearifan lokal.
Tips praktis agar kunjungan nyaman dan bertanggung jawab
1. Datang lebih awal. Hindari kerumunan dan dapatkan cahaya terbaik. Banyak pengunjung merekomendasikan datang sebelum jam 8 pagi.
2. Hormati petak sawah. Jangan menginjak tanaman, ikuti jalur yang disediakan, dan bila ada biaya masuk atau “donasi” untuk akses, bayarlah — itu membantu penduduk setempat.
3. Kenakan alas kaki yang cocok. Jalur tanah bisa licin, terutama setelah hujan. Sepatu yang nyaman dan tahan licin akan membantu.
4. Siapkan uang tunai kecil. Banyak warung dan operator lokal lebih nyaman menerima uang tunai untuk tiket, parkir, atau pembelian kecil.
5. Pilih operator yang bertanggung jawab. Jika ingin mencoba swing atau aktivitas komersial, pilih penyedia yang aman dan tidak merusak lingkungan.
